Langsung ke konten utama

Imperial Japanese Navy Ship Yamato

Imperial Japanese Navy Ship Yamato

Kapal perang Yamato dibangun ketika Jepang terikat pernjanjian pembatasan senjata/alat perang, Washington Naval Treaty dan London Naval Treaty. Akibatnya, Jepang hanya boleh membangun kapal jenis kecil.

Tapi pada tahun 1936, perjanjian itu dicabut. Alhasil, Yamato yang semula dirancang untuk kapal kecil, diam-diam dimodifikasi. Yamato dibangun menjadi kapal perang super berbobot total 72.800 ton. Pembangunannya dimulai 4 November 1937 di tempat rahasia, pangkalan Kure Naval Dockyard. Tiga tahun kemudian, 8 Agustus 1940, Yamato keluar dari sarang dan siap bertugas di medan laga.

Sebagai kapal perang super, badan kapal yang mengelilingi Yamato dilapisi baja setebal 410 milimeter. Sementara bagian deknya dilapisi baja setebal 200 milimeter. Senjata meriam yang dimilliki Yamato cukup banyak dan berkaliber besar. Meriam utama Yamato terdiri dari sembilan meriam laut 40 cm/45 Tipe 94 kaliber 18,1 inci yang merupakan artileri angkatan laut berkaliber terbesar yang pernah dipasang di atas kapal perang. Panjang masing-masing meriam 21,13 m dan beratnya 147,3 metrik ton. Meriam ini mampu menembakkan peluru penembus perisai berdaya ledak tinggi hingga sejauh 42,0 km. Meriam sekunder terdiri dari dua belas meriam kaliber 6,1 inci (15 cm) yang dipasang di empat menara meriam (satu di depan, satu di belakang, dua di tengah kapal), dan dua belas senjata kaliber 5 inci (13 cm) yang dipasang di enam menara meriam ganda (tiga di masing-masing sisi bagian tengah kapal). Selain itu, Yamato membawa 24 senapan antipesawat yang sebagian besar di pasang di bagian tengah kapal.

Kemudian pada tahun 1944, meriam sekunder diganti menjadi enam meriam kaliber 6,1 inci (15 cm), dua puluh empat meriam kaliber 5 inci (13 cm), dan seratus enam puluh dua senjata antipesawat kaliber 1 inci (2,5 cm) sebagai persiapan pertempuran laut di Pasifik Selatan.

Admiral Isoroku Yamamoto

Yamato sempat menjadi kapal bendera (Flagship) Admiral Isoroku Yamamoto, pernah terlibat pertempuan di Midway, Battle of Phillipine Sea, Batyle of Leyte Gulf, dan Samar. Kehebatan Yamato dilukiskan oleh AL Jepang sebagai kapal perang yang tidak mungkin ditenggelamkan (Lihat: Pertempuran Teluk Mariana).

Kehebatan itu makin dahsyat ketika Yamato dilengkapi radar pencari pesawat dan kapal musuh. Kehebatan kapal ini pun terbukti. Sejumlah bom dan torpedo yang berhasil menghantam badannya, hanya menimbulkan kerusakan ringan (Lihat: Pertempuran Teluk Leyte). Jika sudah begitu,Yamato cukup kembali ke pangkalan dan kerusakannya diperbaiki. Kemudian ditambah meriam terbaru, seperti biasanya. Barulah Yamato bisa bertempur lagi.

Pertempuran terakhir yang dialaminya adalah ketika berusaha mempertahankan Kepulauan Okinawa (Lihat: Operasi Ten-Go). Demi melakukannya, awak Yamato ditugaskan bertempur sampai mati, harakiri. Tetapi malang bagi Yamato, angkatan laut AS berhasil mengendus keberadaaanya dan segera melakukan pencegatan.

Saat itu Yamato berada sekitar 200 kilometer dari Okinawa. Sebanyak 386 pesawat pembom dan peluncur torpedo dikerahkan untuk menghancurkan Yamato. Setelah dihantam delapan bom dan sepuluh torpedo, Yamato akhirnya tengelam. Sebanyak 2.475 awaknya tewas, sedangkan 269 lainnya berhasil menyelamatkan diri ke kapal destroyer Jepang.

Komentar

  1. wissh gilee belajar sejarah nih. keren..
    nice post..

    okapinote.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Hahaha iya suka aja cari-cari yang berhubungan dengan sejarah perang Asia-Pasifik...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertempuran Teluk Leyte 23-25 Oktober 1944

Pertempuran Teluk Leyte dikatakan sebagai pertempuran laut terbesar dalam sejarah dan merupakan pertempuran laut terbesar dari Perang Dunia II . Perang itu adalah serangkaian pertempuran yang terdiri dari empat pertempuran yang terpisah antara pasukan Sekutu dan Jepang :   Pertempuran Laut Sibuyan ,   Pertempuran Selat Surigao ,   Pertempuran Tanjung Enga n o  dan   Pertempuran Samar yang terjadi di pulau Leyte Filipina pada 23-2 5 Oktober 1944 . Pertempuran ini berawal ketika Sekutu hendak menginvasi Filipina yang dimulai dari pendararan di Pulau Leyte. Sementara itu, Jepang juga berniat menginvasi Filipina. Pasukan Negeri Sakura datang bersamaan dengan armada Sekutu yang juga baru saja tiba di Leyte. Sejak itu, kedua pihak bertempur. Jepang mulai mengerahkan pasukannya untuk menggempur Sekutu. Sekutu juga tak mau kalah dan langsung menghadang Jepang.  Secara lokasi, posisi Jepang sangat strategis lantaran posisi Leyte yang dekat dengan Kepulauan ...

Operasi Ten-Go 7 April 1945

Operasi Ten-Go adalah operasi militer besar yang terakhir dilakukan angkatan laut Jepang dalam Perang Pasifik pada Perang Dunia II.   Pada April 1945, kapal tempur Jepang IJNS Yamato yang merupakan kapal tempur terbesar di dunia berangkat untuk melakukan misi bunuh diri melawan kekuatan Sekutu di Pertempuran Okinawa. Sebelum sampai di Okinawa, armada Jepang diserang hingga tidak dapat melanjutkan pelayaran, dan hampir seluruhnya dihancurkan oleh pesawat-pesawat Amerika  yang berpangkalan di kapal-kapal induk. IJNS Yamato dan lima kapal perang Jepang lainnya tenggelam. Pertempuran ini mempertunjukkan supremasi udara Amerika dalam tahap terakhir Perang Pasifik, dan betapa mudahnya kapal-kapal dijadikan sasaran serangan udara bila tidak dilindungi pesawat-pesawat tempur. Meskipun harus mengorbankan sejumlah besar nyawa dalam usaha yang sia-sia, pertempuran ini menunjukkan usaha terakhir Jepang dalam memperlambat gerak maju Sekutu menuju kepulauan Jepang. Pertempuran ini...

Perang Uhud

          Setelah Perang Uhud, para pembesar Quraisy mulai menganggap Rasulullah sebagai pemimpin yang piawai. Mereka sadar bahwa untuk menghancurkan kaum muslimin harus membutuhkan persiapan yang matang dan juga kekuatan yang besar. Para pembesar Quraisy sudah mulai membuat perjanjian kerjasama dengan kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar Mekah. Selain itu kaum Quraisy juga melakukan kerjasama dengan orang-orang Yahudi Khaibar dan Bani Nadhir serta Bani Ghathfan. Dengan banyaknya kerjasama, para pembesar Quraisy berharap mampu menumpas Islam sampai ke akarnya.             Dari kerjasama yang di lakukan kaum Quraisy mereka dapat mengerahkan sebanyak 600 pasukan kaveleri, 10.000 infranteri, dan unta yang sangat banyak untuk mengangkut perbekalan.             Rasulullah mengetahui rencana kaum musyrikin dan kemudian meminta pendapat para sahabat, ...