Langsung ke konten utama

Operasi Ten-Go 7 April 1945



Operasi Ten-Go adalah operasi militer besar yang terakhir dilakukan angkatan laut Jepang dalam Perang Pasifik pada Perang Dunia II.  Pada April 1945, kapal tempur Jepang IJNS Yamato yang merupakan kapal tempur terbesar di dunia berangkat untuk melakukan misi bunuh diri melawan kekuatan Sekutu di Pertempuran Okinawa. Sebelum sampai di Okinawa, armada Jepang diserang hingga tidak dapat melanjutkan pelayaran, dan hampir seluruhnya dihancurkan oleh pesawat-pesawat Amerika  yang berpangkalan di kapal-kapal induk. IJNS Yamato dan lima kapal perang Jepang lainnya tenggelam.
Pertempuran ini mempertunjukkan supremasi udara Amerika dalam tahap terakhir Perang Pasifik, dan betapa mudahnya kapal-kapal dijadikan sasaran serangan udara bila tidak dilindungi pesawat-pesawat tempur. Meskipun harus mengorbankan sejumlah besar nyawa dalam usaha yang sia-sia, pertempuran ini menunjukkan usaha terakhir Jepang dalam memperlambat gerak maju Sekutu menuju kepulauan Jepang.
Pertempuran ini berawal dari berangkatnya IJNS (Imperial Japanese Navy Ship) IJNS Yamato yang dikomandani oleh Laksamana Itō pada pukul 16.00 tanggal 6 April 1945. Keberangkatannya dikawal oleh kapal penjelajah ringan Yahagi dan delapan kapal perusak dari Tokuyama untuk memulai misi. Ketika mereka berlayar ke arah selatan melewati Selat Bungo, dua kapal selam Amerika,  USS Threadfin dan USS Hackleback sudah memergoki IJNS Yamato beserta iring-iringannya, namun keduanya tidak dapat langsung menyerang. Kedua kapal selam tersebut kemudian memberitahu armada perang Amerika akan adanya konvoi kapal perang Jepang.     
Dini hari 7 April, kapal-kapal perang Jepang melewati Semenanjung Ōsumi menuju laut terbuka dari Kyushu ke arah selatan menuju Okinawa. Mereka berlayar dalam formasi defensif, Yahagi berada di depan diikuti IJNS Yamato, delapan kapal perusak membentuk lingkaran di sekeliling dua kapal yang lebih besar. Masing-masing kapal berada dalam jarak 1.500 m satu sama lainnya, dan berlayar dengan kecepatan 20 knot. Pada pukul 10.00, kapal-kapal Jepang berbelok ke barat agar terlihat sedang ditarik mundur, namun pada pukul 11.30, setelah dideteksi dua pesawat amfibi PBY Catalina, mereka berbalik arah menuju Okinawa setelah sempat melepaskan tembakan salvo ke arah PBY Catalina dengan meriam 460 mm yang berisi amunisi khusus (san-shiki shōsan dan).


Formasi Kapal Perang Jepang

Sekitar pukul 10.00 tanggal 7 April, Angkatan Laut Amerika melancarkan serangan udara dalam beberapa gelombang yang hampir melibatkan sekitar 400 pesawat dari sebelas kapal induk Gugus Tugas (task Force) 58 di bawah komando Laksamana Madya Marc A. Mitscher. Kesebelas kapal induk tersebut ditempatkan di sebelah timur Okinawa. Pesawat yang turut serta dalam penyerangantara lain adalah pesawat tempur F6F Hellcat, pesawat pengebom tukik SB2C Helldiver, dan pesawat pengebom torpedo TBF Avenger. Selain itu, enam kapal perang, dua kapal penjelajah berat dan kapal-kapal perusak ikut ditugaskan untuk menghadang armada Jepang bila serangan udara gagal.


Salah satu kapal induk milik Amerika, USS Enterprise

Dalam operasi kali ini armada Jepang tidak dilindungi oleh kekuatan udara, sehingga pesawat-pesawat Amerika dengan mudah melancarkan serangan tanpa takut adanya perlawanan dari pesawat-pesawat Jepang. Setelah penerbangan dua jam dari Okinawa, pesawat-pesawat Amerika tiba di atas armada Jepang, dan sempat memutar di atas formasi kapal-kapal Jepang, namun di luar jarak efektif senjata antipesawat. Secara teratur mereka memulai serangan ke kapal-kapal Jepang yang berada di bawahnya. Serangan gelombang pertama pesawat Amerika dimulai pada pukul 12.30. Kapal-kapal Jepang menambah kecepatan hingga 25 knot (46 km/j), memulai manuver-manuver pengelakan, dan membalas dengan tembakan senjata antipesawat. IJNS IJNS Yamato membawa hampir 150 senjata antipesawat, termasuk senapan kaliber besar 460 mm yang dapat menembakan peluru khusus antipesawat "Umum Tipe 3". Pesawat pengebom torpedo sebagian besar hanya menyerang ke arah lambung kiri, maksudnya untuk meningkatkan kemungkinan kapal yang dijadikan sasaran untuk terbalik.
Kemudian tepat pada pukul 12.46, sebuah torpedo menghantam IJNS Yahagi tepat di tempat mesin. Torpedo tadi menewaskan seluruh awak tempat mesin, dan mesin kapal terhenti. Belasan  buah bom yang diterjunkan pesawat-pesaawat Amerika tepat mengenai sasaran. Diantaranya , sebanyak enam buah torpedo mengenai IJNS Yahagi. Kapal perusak Isokaze mencoba membantu Yahagi akan tetapi terkena serangan. IJNS Isokaze mengalami rusak berat, dan tenggelam tidak lama kemudian. IJNS Yahagi kemudian terbalik dan karam pada pukul 14.05. Para awak kapal Yahagi yang selamat terapung-apung di laut, dan dapat melihat IJNS Yamato di kejauhan.


IJNS Yahagi yang terbakar akibat serangan pesawat Amerika

 IJNS IJNS Yamato terlihat masih terus bergerak maju ke selatan, dan melawan serangan-serangan pesawat Amerika. Namun pada kenyataannya, nasib IJNS IJNS Yamato hanya tinggal beberapa menit lagi sebelum tenggelam.


Ilustrasi penyerangan terhadap IJNS Yamato

Dalam serangan gelombang pertama, IJNS Yamato melakukan manuver pengelakan dengan intensif. Sebagian besar bom-bom yang dijatuhkan ke arahnya tidak mengenai sasaran. Torpedo yang ditembakkan kapal-kapal Amerika juga luput dari sasarannya. Namun, IJNS IJNS Yamato terkena dua bom penembus perisai dan sebuah torpedo. Gerak laju IJNS IJNS Yamato tidak terpengaruh, namun salah satu bom menyebabkan kebakaran yang tidak bisa dipadamkan di bagian belakang bangunan kapal. Antara 13.20 dan 14.15, serangan gelombang kedua dan ketiga menjadikan IJNS IJNS Yamato sebagai bulan-bulanan. IJNS Yamato dihantam oleh paling sedikit delapan torpedo dan 15 bom. Ledakan bom menyebabkan kerusakan menyeluruh pada bagian atas kapal, termasuk mematikan listrik ke sistem pengarah senjata otomatis. Akibatnya, masing-masing senjata antipesawat harus diarahkan dan ditembakkan secara manual hingga mengurangi keefektifan dalam mengenai sasaran. Torpedo berulang kali menghantam lambung kiri IJNS Yamato hingga miring, dan sewaktu-waktu bisa terbalik. Pos-pos pengendali banjir telah hancur terkena bom hingga sulit untuk mengatasi banjir di dalam lambung kapal. Pada pukul 13.33, dalam keputusasaan untuk menjaga kapal dari terbalik, tim pengendali kerusakan IJNS Yamato membanjiri lambung kanan dan ruang boiler dengan air laut. Bahaya terbalik dapat dikurangi, namun usaha ini sekaligus menenggelamkan beberapa ratus awak IJNS Yamato di pos-pos mereka. Mereka sebelumnya tidak diberi peringatan kalau kompartemen mereka akan dibanjiri air laut. Korban nyawa awak kapal memberi tambahan waktu kepada IJNS Yamato untuk mengapung 30 menit lebih lama. Kerusakan mesin lambung kanan, ditambah beratnya air, membuat gerak IJNS Yamato melambat menjadi sekitar 10 knot.

IJNS Yamato tampak dari atas

Setelah IJNS Yamato makin pelan dan makin mudah dijadikan sasaran, pesawat torpedo Amerika Serikat mulai berkonsentrasi untuk menghantam bagian buritan dan kendali. Mereka berhasil menyarangkan torpedo, dan IJNS Yamato tidak dapat lagi dikendalikan. Pada pukul 14.02, setelah diberi tahu bahwa IJNS Yamato sudah tidak bisa dikemudikan dan segera karam, Laksamana Seiichi Itō memerintahkan misi dibatalkan, awak kapal segera meningalkan kapal, dan kapal-kapal sisanya untuk memunguti awak kapal yang selamat. IJNS Yamato berkomunikasi dengan kapal-kapal perang yang selamat dengan menggunakan sinyal bendera karena radio sudah hancur.
Pada pukul 14.05, IJNS Yamato tidak bergerak lagi dan mulai terbalik. Laksamana Siichi Itō dan para kapten menolak untuk meninggalkan kapal. Pada pukul 14.20, IJNS Yamato sudah terbalik dan mulai tenggelam. Pada pukul 14.23, IJNS Yamato tiba-tiba meledak dengan dahsyat sehingga menurut laporan suara ledakan bisa didengar dan asapnya bisa dilihat dari Kagoshima yang terpisah 200 km dari pusat ledakan. Asap ledakan berupa awan berbentuk jamur yang membubung setinggi 6 km. Menurut laporan, ledakan ikut menjatuhkan beberapa pesawat Amerika Serikat yang menyaksikan tenggelamnya IJNS Yamato. Ledakan diperkirakan terjadi akibat kebakaran yang disebabkan ledakan bom menjalar ke ruang amunisi.


Sebelum tenggelam terjadi kebakaran hebat di bagian belakang IJNS Yamato

Setelah IJNS Yamato tenggelam, dan telah ada perintah pembatalan misi dari Laksamana Seiichi Ito kapal-kapal Jepang yang tersisa kembali ke pangkalan. Sewaktu mencoba pulang ke pangkalan, kapal perusak Jepang  dibom pesawat Amerika Serikat dan tenggelam bersama seluruh awaknya. Kapal perusak Jepang IJNS Kasumi juga tenggelam akibat serangan pesawat-pesawat yang berpangkalan di kapal induk. Walaupun seluruh haluan kapal hancur, IJNS Suzutsuki pulang dengan selamat ke Sasebo, Nagasaki dengan cara berlayar sambil mundur.
Kapal-kapal perusak Jepang yang tidak begitu rusak (IJNS Fuyuzuki, IJNS Yukikaze, dan IJNS Hatsushimo) berhasil menyelamatkan 280 awak kapal IJNS Yamato yang masih hidup (total awak kapal IJNS Yamato berbeda-beda menurut sumbernya, antara 2.750 hingga 3.300), ditambah 555 awak kapal yang selamat dari IJNS Yahagi (total awak kapal: 1.000), dan hanya di atas 800 awak kapal yang selamat dari IJNS Isokaze, IJNS Hamakaze, dan IJNS Kasumi. Total 3.700 hingga 4.250 personel Angkatan Laut Kekaisaran Jepang tewas. Para awak kapal yang selamat kemudian diangkut pulang ke Sasebo.

Selain itu, serangan Amerika juga memakan korban kapal perusak Jepang Hamakaze dan Suzutsuki. Serangan tersebut mengakibatkan IJNS Suzutsuki rusak berat dan kemudian mundur dari pertempuran. Akan tetapi tidak dengan IJNS Hamakaze yang akhirnya tenggelam.
Setelah Operasi Ten-Go, Jepang kehilangan banyak kapal perang. Pada pertempuran tersebut juga telah menenggelamkan satu-satunya kapal perang yang tersisa milik Jepang, IJNS IJNS Yamato. Pada pertempuran-pertempuran selanjutnya hanya sedikit kapal perang milik Jepang yang ikut bertempur. Setelah Operasi Ten-Go tercatat bahwa kapal perusak Suzutsuki rusak dan tidak pernah diperbaiki. Sedangkan kapal perusak Fuyuzuki diperbaiki, namun terkena ranjau Amerika yang dijatuhkan dari udara di Moji pada 20 Agustus 1945, dan tidak pernah diperbaiki lagi. Salah satu kapal perusak milik Jepang ynag selamat dari perang dan dalam kondisi hampir tidak ada kerusakan adalah IJNS Yukikaze. Sedangkan IJNS Hatsushimo tercatat sebagai kapal perusak Jepang ke-129 sekaligus kapal perusak Jepang terakhir yang tenggelam dalam perang. Kapal tersebut tenggelam karena terkena ranjau Amerika di dekat Maizuru.
Setelah pertempuran sengit dan memakan korban besar, Okinawa dinyatakan aman oleh pihak Sekutu pada 21 Juni 1945. Dan kemudian Jepang akhirnya menyerah pada bulan Agustus 1945 setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika.

Kekuatan angkatan perang pihak yang terlibat

Angkatan Laut Amerika
Task Force 58: Komandan: Laksda Marc A. Mitscher
Kapal Induk: ENTERPRICE, HORNET, BENINGTON, BELLAU WOOD, ESSEX, SAN JACINTO, BUNKER HILL, HANCOCK, BATAAN, INTERPID, YORKTOWN, LANGLEY.
Kapal Perang: INDIANA, NEW JERSEY, MASSACHUSETTS, SOUTH DACOTA, WISCOUNSIN, MISSOURI.
Kapal Penjelajah Berat: ALASKA, GUAM.
Kapal Perusak: Banyak
Pesawat di Kapal Induk: 386 Unit.

Angkatan Laut Kekaisaran Jepang

Pasukan Penyerang ke-1: Panglima Komando: Laksda Seiichi Ito
Skuadron ke-1: Kapal Perang: YAMATO.
Skuadron Bom Air ke-2: Kapal Penjelajah Ringan: YAHAGI.
Skuadron Perusak ke-41: Kapal Perusak: FUYUZUKI, SUZUTSUKI.
Skuadron Perusak ke-17: Kapal Perusak: ISOKAZE, HAMAKAZE, YUKIKAZE.
Skuadron Perusak ke-21: Kapal Perusak: ASASHIMO, HASUSHIMO, KASUMI.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertempuran Teluk Leyte 23-25 Oktober 1944

Pertempuran Teluk Leyte dikatakan sebagai pertempuran laut terbesar dalam sejarah dan merupakan pertempuran laut terbesar dari Perang Dunia II . Perang itu adalah serangkaian pertempuran yang terdiri dari empat pertempuran yang terpisah antara pasukan Sekutu dan Jepang :   Pertempuran Laut Sibuyan ,   Pertempuran Selat Surigao ,   Pertempuran Tanjung Enga n o  dan   Pertempuran Samar yang terjadi di pulau Leyte Filipina pada 23-2 5 Oktober 1944 . Pertempuran ini berawal ketika Sekutu hendak menginvasi Filipina yang dimulai dari pendararan di Pulau Leyte. Sementara itu, Jepang juga berniat menginvasi Filipina. Pasukan Negeri Sakura datang bersamaan dengan armada Sekutu yang juga baru saja tiba di Leyte. Sejak itu, kedua pihak bertempur. Jepang mulai mengerahkan pasukannya untuk menggempur Sekutu. Sekutu juga tak mau kalah dan langsung menghadang Jepang.  Secara lokasi, posisi Jepang sangat strategis lantaran posisi Leyte yang dekat dengan Kepulauan ...

Perang Uhud

          Setelah Perang Uhud, para pembesar Quraisy mulai menganggap Rasulullah sebagai pemimpin yang piawai. Mereka sadar bahwa untuk menghancurkan kaum muslimin harus membutuhkan persiapan yang matang dan juga kekuatan yang besar. Para pembesar Quraisy sudah mulai membuat perjanjian kerjasama dengan kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar Mekah. Selain itu kaum Quraisy juga melakukan kerjasama dengan orang-orang Yahudi Khaibar dan Bani Nadhir serta Bani Ghathfan. Dengan banyaknya kerjasama, para pembesar Quraisy berharap mampu menumpas Islam sampai ke akarnya.             Dari kerjasama yang di lakukan kaum Quraisy mereka dapat mengerahkan sebanyak 600 pasukan kaveleri, 10.000 infranteri, dan unta yang sangat banyak untuk mengangkut perbekalan.             Rasulullah mengetahui rencana kaum musyrikin dan kemudian meminta pendapat para sahabat, ...