Langsung ke konten utama

Perang Badar Akhir


          Setelah Perang Uhud, Abu Sofyan mengundang kaum muslimin dan berjanji akan menghadapi mereka kembali di Badar pada tahun depan. Menjelang waktu yang ditentukan, Rasulullah dan kaum muslimin melakukan persiapan-persiapan untuk menghadapi Abu Sofyan. Dari pihak kaum Musyrikin, Abu Sofyan sendiri malah bingung dan ketakutan. Pada saat itu Mekah sedang dilanda paceklik. Akan tetapi dari sisi lain, Abu Sofyan juga tidak ingin mengingkari janji agar tidak menjadi hina di mata kaum muslimin.
            Ketakutan Abu Sofyan terlihat ketika ia menemui Nu’aim bin Mas’ud dengan membawa dua puluh ekor unta. Abu sofyan meminta Nu’aim untuk memengaruhi Rasulullah agar tidak jadi pergi ke Badar. Ketika sampai di Madinah, Nu’aim kaget melihat persiapan kaum muslimin. Di samping itu Nu’aim tetap mengatakan kepada Rasulullah dan kaum muslimin bahwa Abu Sofyan tengah menyiapkan pasukan dan peralatan perang. Hal ini sempat menghilangkan keberanian kaum muslimin. Akan tetapi Rasulullah tetap teguh akan menghadapi Abu Sofyan walapun tidak ada seorangpun yang menemaninya.
            Dari keteguhan Rasulullah, akhirnya semangat kaum muslimin kembali lagi. Akhirnya Rasulullah pergi ke Badar beserta 1.500 orang, dari kaum Anshar dan Muhajirin, diantara adalah sepuluh orang kaveleri, dengan Ali bin Abi Thalib sebagai pembawa panji. Pemerintahan di Madinah untuk sementara di serahkan ke Abdullah bin Rowahah.
            Rasulullah berserta kaum muslimin sampai ke Badar pada tanggal 1 Dzulhijjah, awal bulan ke-45 dari hijrahnya. Pada saat itu, selain untuk berperang, kaum muslimin juga membawa barang dagangan, karena di Badar pada setiap tahunnya, diadakan hari pasar yaitu pada tanggal 1-8 Dzulhijjah.
            Abu Sofyan berangkat dengan membawa pasukan sebanyak 2.000 orang. Pada saat berada di daerah Marr ez Zahran Abu Sofyan berkata kepada pasukannya untuk mundur dan ternyata di respon oleh pasukannya. Akhirnya Abu Sofyan Bersama pasukannya mundur kembali ke Mekah. Sementara itu di Badar, kaum muslimin walaupun tidak jadi berperang dengan kaum musyrikin, akan tetapi banyak yang pulang ke Madinah membawa keuntungan dari barang-barang yang mereka perdagangkan. Kemudian setelah lama di Badar, kaum muslimin kembali ke Madinah.


Aziz Ghanim, Abdul. Perang dan Damai di Masa Pemerintahan Rasulullah. Jakarta: Gema Insani Press, 1991.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertempuran Teluk Leyte 23-25 Oktober 1944

Pertempuran Teluk Leyte dikatakan sebagai pertempuran laut terbesar dalam sejarah dan merupakan pertempuran laut terbesar dari Perang Dunia II . Perang itu adalah serangkaian pertempuran yang terdiri dari empat pertempuran yang terpisah antara pasukan Sekutu dan Jepang :   Pertempuran Laut Sibuyan ,   Pertempuran Selat Surigao ,   Pertempuran Tanjung Enga n o  dan   Pertempuran Samar yang terjadi di pulau Leyte Filipina pada 23-2 5 Oktober 1944 . Pertempuran ini berawal ketika Sekutu hendak menginvasi Filipina yang dimulai dari pendararan di Pulau Leyte. Sementara itu, Jepang juga berniat menginvasi Filipina. Pasukan Negeri Sakura datang bersamaan dengan armada Sekutu yang juga baru saja tiba di Leyte. Sejak itu, kedua pihak bertempur. Jepang mulai mengerahkan pasukannya untuk menggempur Sekutu. Sekutu juga tak mau kalah dan langsung menghadang Jepang.  Secara lokasi, posisi Jepang sangat strategis lantaran posisi Leyte yang dekat dengan Kepulauan ...

Operasi Ten-Go 7 April 1945

Operasi Ten-Go adalah operasi militer besar yang terakhir dilakukan angkatan laut Jepang dalam Perang Pasifik pada Perang Dunia II.   Pada April 1945, kapal tempur Jepang IJNS Yamato yang merupakan kapal tempur terbesar di dunia berangkat untuk melakukan misi bunuh diri melawan kekuatan Sekutu di Pertempuran Okinawa. Sebelum sampai di Okinawa, armada Jepang diserang hingga tidak dapat melanjutkan pelayaran, dan hampir seluruhnya dihancurkan oleh pesawat-pesawat Amerika  yang berpangkalan di kapal-kapal induk. IJNS Yamato dan lima kapal perang Jepang lainnya tenggelam. Pertempuran ini mempertunjukkan supremasi udara Amerika dalam tahap terakhir Perang Pasifik, dan betapa mudahnya kapal-kapal dijadikan sasaran serangan udara bila tidak dilindungi pesawat-pesawat tempur. Meskipun harus mengorbankan sejumlah besar nyawa dalam usaha yang sia-sia, pertempuran ini menunjukkan usaha terakhir Jepang dalam memperlambat gerak maju Sekutu menuju kepulauan Jepang. Pertempuran ini...

Perang Uhud

          Setelah Perang Uhud, para pembesar Quraisy mulai menganggap Rasulullah sebagai pemimpin yang piawai. Mereka sadar bahwa untuk menghancurkan kaum muslimin harus membutuhkan persiapan yang matang dan juga kekuatan yang besar. Para pembesar Quraisy sudah mulai membuat perjanjian kerjasama dengan kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar Mekah. Selain itu kaum Quraisy juga melakukan kerjasama dengan orang-orang Yahudi Khaibar dan Bani Nadhir serta Bani Ghathfan. Dengan banyaknya kerjasama, para pembesar Quraisy berharap mampu menumpas Islam sampai ke akarnya.             Dari kerjasama yang di lakukan kaum Quraisy mereka dapat mengerahkan sebanyak 600 pasukan kaveleri, 10.000 infranteri, dan unta yang sangat banyak untuk mengangkut perbekalan.             Rasulullah mengetahui rencana kaum musyrikin dan kemudian meminta pendapat para sahabat, ...